Teater Lingkar Universitas Brawijaya sukses menyelenggarakan pentas generasi tahun 2024 dengan meriah. Tidak kurang dari 200 penonton memenuhi ruangan aula gedung FIB B Universitas Brawijaya pada Minggu, 23 Juni 2024 lalu. Tak hanya penonton saja, Linggar Prabangkara, Kotak Lingkar, Rodsscreen Printing dan berbagai pihak lainnya ikut serta dalam menyaksikan pentas pertama dari anggota teater Lingkar angkatan 2023. Banyak dari penonton yang mengaku datang ke pentas generasi teater lingkar 2024 ini untuk menyegarkan pikiran selepas UAS. Sebagian yang lain mengungkapkan kalau mereka merasa penasaran dengan naskah seperti apa yang teater lingkar bawakan pada pentas generasi tahun ini.
“Iya, tahun lalu kan PenGen (Pentas Generasi) nya genre horror, setan-setan. Nah tahun ini lihat di poster dan dekorasi kok kaya lebih lucu dan cheerful gitu. Jadinya penasran, makanya nonton.” Jelas salah satu penonton yang datang cukup awal malam itu.
Bentuk Baru dari Kesenian Ludruk Daerah
Pentas generasi teater lingkar tahun ini memberi warna yang sedikit berbeda dari penampilan yang sudah-sudah. Alih-alih menggunakan naskah jadi seperti kebanyakan penampilan teater lainnya, Ima selaku sutradara memilih untuk mengadaptasi lakon ketoprak asli Madura berjudul Bayi Palsu buatan Rukun Karya.
“Sejauh yang saya tahu, saya jarang melihat ada teater yang mengadaptasi dari ludruk daerah. Sehingga saya ingin memperkenalkan karya dari kesenian tradisional ludruk Madura kepada masyarakat sekitar di sini. Dan menurut saya, lakon Bayi Palsu ini cocok untuk ditampilkan.” Ujar Ima saat menjelaskan alasannya memilih naskah tersebut.
Ima menerjemahkan penampilan asli Bayi Palsu ke dalam naskah berbahasa Indonesia dengan penambahan beberapa improvisasi dan penyesuaian sehingga lebih masuk ke dalam standar teater.
Sejak awal pengunjung memasuki venue, ornamen dan hiasan berwarna cerah bertemakan kelahiran bayi menghiasi hampir segela sisi. Mulai dari ucapan selamat kelahiran yang cukup besar sebelum pintu masuk, hingga pajangan berbentuk hadiah di sepanjang tangga menuju aula. Dekorasi yang fun dan manis menambah kesan bahagia bahkan sebelum pentas dimulai.
Kekangan dalam Isu Patriarki
Acara dibuka dengan penampilan pembuka berjudul Jeritan Keadilan, garapan Nadia Nur Akmalia. Naskah ini diperankan oleh empat pemain, Radinka Fidelira memerankan tokoh utama yang bernama Laksmi sebagai wanita dan istri yang terjebak di lingkungan masyarakat patriarki. Laksmi terpaksa untuk tunduk kepada suaminya, yang diperankan oleh Reflika Fira Nolivia, dan dua anomali sebagain gambaran patriarki tersebut. Masyarakat pun seolah menormalisasi dan bahkan mendukung adanya patriarki dalam masyarakat.
Kisah Drama Komedi yang Dekat dengan Kehidupan
Penampilan utama “Bayi Palsu” pun akhirnya tiba. Jauh berbeda dengan penampilan pembuka yang lebih gelap dan suram, penampilan Bayi Palsu lebih tersaji dengan santai dan penuh komedi. Terdapat 5 aktor yang bermain sebagai tokoh dalam naskah ini. Mario Vicky Ervan Pratama sebagai Eddy, Daffa Dzaki Amrulla sebagai Yono, Muhammad Farhan Naufal sebagai Yanto, Treyza Navita Hidayat sebagai Angel, dan Marcello Austin Susanto sebagai Harun.
Cerita dimulai dengan kemunculan tiga serangkai Eddy, Yono, dan Yanto yang berinteraksi selayaknya keseharian mereka. Celotehan absurd dan jokes frontal sukses meramaikan seisi aula dengan gelak tawa penonton. Setengah penampilan awal berhasil menghibur semua orang yang tampak sangat menikmati penampilan lakon dalam bentuk teater tersebut. Konflik pertama muncul saat Angel masuk ke atas panggung dan mulai adu mulut dengan ketiga serangkai tersebut. Klimaksnya ialah saat Angel bertengkar dengan suaminya, Harun, perkara keinginan dan desakan untuk segera memiliki anak. Konflik yang umum terjadi dalam kehidupan rumah tangga, sehingga penonton dapat memahaminya dengan mudah,
Kombinasi antara komedi, drama, dan konflik keluarga menghasilkan dinamika emosi yang naik turun di mata penonton. Di awal penonton dibuat tertawa, kemudian suasana berubah menjadi tegang, dan kembali mereda menjelang akhir cerita. Pentas ini menggunakan musik yang terdiri dari gabungan alat musik tradisional jawa dan modern, sehingga menghasilkan lantunan irama yang beragam. Mulai dari musik dangdut, religi, hingga iringan lagu anak-anak.
Ima, selaku sutradara dari pentas generasi Teater Lingkar 2024 ini mengaku merasa terharu karena pentas ini dapat berjalan dengan sangat baik. Tak sedikit dari penonton yang memberikan pujian atas keberhasilan pentas. Serta banyak juga masukan positif dari para penikmat seni yang ikut menonton penampilan kali ini. Ima berharap dari pementasan ini bisa menjadi awal upaya yang lebih luas untuk memperkenalkan sekaligus melestarikan kesenian teater tradisional kepada generasi muda dan masyarakat luas. [Tere]