Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the wordpress-seo domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/u1569448/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
3 Tips Penulisan Drama untuk Naskah Teater - Teater Lingkar
3 Tips Penulisan Drama untuk Naskah Teater

3 Tips Penulisan Drama untuk Naskah Teater

Tips penulisan drama dari Teater Lingkar ini berfokus pada bagian pembukaan, tengah, dan penutup cerita. Ketiganya akan membantu kamu mempercepat cerita agar audiens tetap tertarik. Lebih daripada itu, kuncinya adalah untuk menunjukkan kepada penonton bagaimana tokoh dan dunia tempat mereka berada berubah menjadi luar biasa. Hasilnya, naskah drama mampu memikat audiens dan menciptakan emosi yang mendalam.

1. Bagian Pembukaan

Sebelum transformasi terjadi, penonton membutuhkan gambaran tentang bagaimana awal mula dunia di dalam ceritamu. Oleh karena itu, dialog dalam beberapa menit pertama harus bisa memperkenalkan tokoh dan dunia cerita. “Dunia” dapat berarti apa saja mulai dari latar fisik cerita, periode waktu hingga posisi karakter dalam masyarakat secara keseluruhan.

Kamu tidak perlu membuang informasi ke dalam dialog yang nantinya dapat diungkapkan dalam cerita dengan cara yang lebih halus. Namun, penonton membutuhkan gagasan yang jelas tentang dunia agar mereka dapat memahami pentingnya peristiwa yang mengganggu keseimbangan dunia cerita.

Peristiwa yang menganggu adalah kejadian apa pun yang mengarah ke masalah utama cerita dan harus diselesaikan oleh tokoh. Meskipun peristiwa ini bisa kamu tulis di bagian awal, kamu tidak perlu terburu-buru dalam mengungkapnya. Sesuatu yang sederhana seperti pengenalan tokoh baru atau peristiwa cuaca yang tidak biasa dapat menghilangkan keseimbangan reguler dunia cerita.

Di atas segalanya, kamu ingin audiens bertanya-tanya tentang bagaimana dunia akan kembali ke tatanan alaminya. Ketegangan seperti ini akan membuat penonton tetap fokus dan penasaran.

2. Bagian Tengah

Ide transformasi ini terbawa sampai ke tengah cerita dan mempengaruhi ekspektasi penonton. Pada titik tengah cerita, konflik sedang berjalan lancar dan para tokoh akan memengaruhi cerita lewat setiap pilihan yang mereka buat.

BACA JUGA:   5 Tips Supaya Tidak Gugup Saat Akan Tampil

Kunci akhir yang paling efektif adalah plot twist, tetapi penonton tidak dapat merasakan kejutan kecuali mereka terlebih dahulu memiliki ekspektasi tentang bagaimana cerita akan berakhir. Lebih daripada itu, mereka harus punya gambaran tentang bagaimana karakter akan berubah karena konflik yang terjadi.

Biasanya, ekspektasi penonton terkait dengan genre. Misalnya, dalam sebuah tragedi, karakter umumnya berakhir mati. Maka penonton akhirnya berekspektasi bahwa di akhir cerita tokoh utama akan mati, meskipun mereka masih menerka-nerka bagaimana caranya mati.

Salah satu strategi untuk menciptakan transformasi di bagian tengah adalah membuat masalah menjadi begitu drastis dan mengerikan sehingga memaksa tokoh masuk ke tempat yang sangat rendah. Kuncinya adalah biarkan tokohmu mengambil risiko yang memaksa mereka keluar dari zona nyamannya. Dengan demikian, penonton dapat berempati dengan tokoh utama pertunjukan.

Saat tokoh menjadi putus asa, tindakan berisiko dan tak terduga yang mereka lakukan cenderung masuk akal bagi penonton. Namun, semua tindakan yang mereka lakukan juga pada dasarnya harus masuk akal sesuai dengan kepribadiannya.

Artinya, nilai karakter biasanya tetap stabil. Misalnya, jika tokohmu menghargai kejujuran di atas segalanya, membuat mereka berubah menjadi pembohong licik di akhir cerita akan tidak masuk akal. Kecuali, keadaannya sangat ekstrim sehingga tokoh tersebut terpaksa untuk berubah pada tingkat fundamental. Perhatikan bahwa penonton merasakan emosi seperti simpati terhadap karakter yang berubah dengan cara yang menarik.

3. Bagian Penutup

Bagian akhir harus membuat penonton merasa seolah-olah konflik telah selesai, baik atau buruk. Beberapa penulis drama membuat akhir yang rapi dengan banyak penutupan untuk penonton (closed ending). Namun, ada juga penulis drama yang lebih suka membiarkan hasilnya terbuka untuk interpretasi (open ending). Apa pun metode yang kamu pilih, transformasi harus tetap menjadi fokus.

BACA JUGA:   5 Unsur yang Digunakan untuk Menulis Identitas pada Pameran

Sepanjang jalan cerita, karakter menyaksikan dunia mereka bergeser di sekitar mereka. Kemudian, mereka merespons pergeseran itu dengan mengambil tindakan tak terduga terhadap konflik yang terjadi. Kesimpulannya, tokoh-tokohmu memengaruhi dunia dalam cerita dan begitu pula sebaliknya.

Gunakan beberapa pertanyaan ini untuk membantumu menuliskan akhir cerita:

  1. Apakah tokoh mencapai tujuan mereka dan mengembalikan dunia ke tatanan alaminya?
  2. Apakah dunia cerita telah berubah secara mendasar sehingga tidak ada jalan untuk kembali?
  3. Apakah tokoh berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini akan memberi gambaran tentang bagaimana kamu akan menutup ceritamu. Ini juga yang nantinya akan memengaruhi emosi penonton. Memikirkan tentang pergeseran karakter dan dunia membuat kamu dapat menciptakan alur cerita yang memiliki ketegangan, intrik, dan di atas segalanya, resonansi emosional. Oleh karena itu, terapkan tiga tips penulisan drama ini dalam prosesmu sendiri.

About the author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *