
Pada 22 Desember 2024, Teater Lingkar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya sukses menggelar pentas tunggal tahunan mereka di UBTV Universitas Brawijaya. Tahun ini, naskah berjudul “Mentang-mentang dari Newyork” karya Marcelino Acana Jr., yang diterjemahkan oleh Tjetje Yusuf, menjadi pilihan. Dengan beberapa penyesuaian dalam naskah yang dipandu oleh sutradara dan asisten sutradara, Radinka Fidelira Putri dan Rossa Saputra, pementasan ini berhasil memukau 250 penonton yang hadir malam itu.
Kisah dari Kampung Jelambar
“Mentang-mentang dari Newyork” menceritakan tentang gadis betawi bernama Ikah yang baru kembali ke kampung tempat kelahirannya di Jelambar setelah hampir setahun bekerja di New York, Amerika Serikat. Sekembalinya ke Indonesia, Ikah mengubah namanya menjadi Francesca dan mengadopsi gaya hidup ala Barat. Perubahan ini terlihat dari cara berpakaian, berbicara, hingga pandangan hidupnya.
Ikah juga berusaha memaksakan nilai-nilai Barat kepada orang-orang di sekitarnya, termasuk ibunya, Bi Atang. Hubungannya dengan teman masa kecilnya pun terganggu karena Ikah merasa bahwa dirinya tidak lagi sepadan dengan teman-temannya yang kampungan. Masalah lain seperti hubungan romansa yang berputar di antara 4 teman sepermainan itu pun menambah konflik dan keseruan dari naskah.
Dialog-dialognya ditulis dengan gaya yang santai dan mudah dicerna, sehingga penonton bisa langsung terhubung dengan apa yang terjadi di panggung. Dengan momen-momen humor yang segar, cerita ini terasa begitu hidup dan menarik.
Sudut Sutradara dan Aktor
Kelima aktor yang terdiri dari Khalisa Zia Zafira sebagai Ikah, Yazid Farisy sebagai Anen, Nadia Nur Akmalia sebagai Bi Atang, Risky Faiz Assary sebagai Otong, dan Arum Melati Sukma sebagai Fatimah tampil maksimal di atas panggung. Mereka mampu menghidupkan karakter masing-masing dengan natural, sehingga penonton seperti melihat sebuah adegan nyata yang sedang berkonflik di ruang tamu sebuah rumah.
Sutradara dan asisten sutradara pun mengaku kalau penampilan memukau ini adalah hasil dari latihan keras para aktor dan aktris setiap malam selama sekitar 2 bulan. Meski tentunya terdapat beberapa kendala seperti dari sisi setting dan musik atau kesehatan para aktor itu sendiri. Namun, semuanya dapat teratasi dengan baik dan melebihi ekspektasi semua orang.
Detail Indah yang Melengkapi Pementasan
Salah satu elemen paling menonjol dari pentas ini adalah desain panggungnya. Setting realis yang berupa ruang tamu rumah lengkap dengan perabotan, hiasan, dan foto yang tergantung di dinding berhasil menghidupkan suasana di atas panggung. Lighting yang memadukan banyak warna sesuai adegan namun tetap dalam ranah realis pun menambah kesan tersendiri di mata penonton.
Musik juga menjadi bagian tak terpisahkan dari pementasan ini. Kehadirannya mewarnai hampir seluruh adegan, menambah lapisan emosi yang membuat cerita semakin terasa hidup. Meski dari tim musik pada awalnya cukup kesulitan karena harus menghasilkan musik khas betawi dengan instrumen yang terbatas, namun semuanya tetap dapat berjalan dengan sempurna. Semua elemen ini menyatu dengan baik, menciptakan pengalaman menonton yang nyaman dan memikat.
Dukungan Seluruh Tim dan Penonton
Pementasan ini tentu tidak akan dapat terlaksana dengan lancar tanpa bantuan dan kerja keras dari seluruh tim yang terlibat, baik dari divisi produksi maupun pengkaryaan. Persiapan selama sekitar 2 bulan ini terasa terbalaskan saat 250 penonton memenuhi auditorium UBTV. Mulai dari mahasiswa hingga masyarakat umum yang dengan sengaja datang untuk menyaksikan pementasan dengan durasi kurang lebih 80 menit ini. Gelak tawa sering terdengar di adegan-adegan ringan, sementara beberapa momen berhasil membuat suasana hening karena penonton terpaku pada akting pemain.
Banyak penonton yang memberikan respons positif seusai pertunjukan. “Cerita seru, semua elemen pendukungnya pun terasa pas dan nyaman.” kata salah satu penonton. Ada juga yang memuji bagaimana cerita sederhana ini bisa terkemas dengan begitu menarik tanpa terasa berlebihan.

Teater Lingkar dan Harapan ke Depan
Sebagai bagian dari program kerja tahunan Teater Lingkar, pentas tunggal ini membuktikan bahwa seni teater tetap relevan dan menarik untuk dinikmati oleh berbagai kalangan. Dengan cerita yang sederhana namun menyentuh, “Mentang-mentang dari Newyork” memberikan pengalaman menonton yang seru, menghibur, dan tetap membekas di hati.
Semoga ke depan, Teater Lingkar terus melahirkan karya-karya yang menginspirasi dan menjadi jembatan antara seni dan masyarakat. Karena, seperti pentas tunggal ini, seni teater selalu punya cara untuk mengingatkan kita pada hal-hal penting dalam hidup, seperti keluarga, teman, kebersamaan, dan kehangatan yang sering kali kita lupakan.